Thursday, 25 April 2013
Indahnya Hidup.
Imam Muda Asyraf
Sekembalinya Nabi SAW dari bumi Thaif. Berteduh Nabi SAW sebentar di bawah pohon anggur. Di dalam kebun milik Utbah dan Syaibah. Kesedihan jelas terpapar pada wajah Nabi SAW setelah dicerca dan dilontar batu oleh penduduk bumi Thaif. Utbah dan Syaibah memasang telinga mendengar pengaduan hebat dari seorang Rasul kepada RabbNya. Rintihan yang dipohonkan oleh Nabi SAW membuatkan kekafiran Utbah dan Syaibah tersebut juga lentur sehingga menyuruh khadamnya Addas untuk memberi anggur kepada Nabi SAW sebagai penghilang kelaparan.
“Ya Allah… Kepadamu aku mengadukan kelemahan kekuatanku,
Dan sedikitnya kemampuanku,
Serta kehinaanku dihadapan manusia.
Wahai Sebaik-baik pemberi kasih sayang,
Engkaulah Tuhan orang-orang yang lemah dan Engkau adalah Tuhanku.
Kepada siapakah Engkau serahkan diriku,
Kepada orang yang jauh yang menggangguku,
Atau kepada musuh yang akan menguasai urusanku,
Asalkan Engkau tidak marah padaku maka tiadalah keberatan bagiku,
Akan tetapi kemurahan-Mu jauh lebih luas bagiku.
Aku berlindung dengan Cahaya Wajahmu yang akan menerangi seluruh kegelapan,
Dan yang akan memberikan kebaikan segala urusan dunia dan akhirat,
Untuk melepaskan aku dari Marah-Mu,
Atau menghilangkan Murka-Mu dariku.
Hanya pada-Mu aku merintih berharap mendapatkan Keridloan-Mu,
Dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-Mu
(Rujuk Raheeq al-Makhtum, Syeikh Safiyurrahman al-Mubarakfuri)
Perhatikanlah kehebatan tawakkal Nabi SAW. Lembaran hidup beliau menunjukkan pada kita bagaimana bagindan bertawakkal. Ketika Baginda di puncak penghinaan dan penolakan di Mekah. Diragut dengan pemergian dua orang pembelanya iaitu Abi Thalib dan isteri tercinta Khadijah dalam tahun yang sama. Sehingga tercatat lembaran sejarah memberi jolokan inilah tahun duka cita bagi Nabi SAW. Namun kedukaan ini tidak menggambarkan hilangnya rasa keseorangan di hati Nabi SAW. Kepada Allah dijadikan teman.
Khadijah dan Abi Thalib diwafatkan, agar Nabi SAW semakin tergantung hanya kepada Allah SWT. Terkadang, begitu cintanya Allah kepada kita, ia mengambil semua “sebab” yang telah kita terbiasa dengannya. Seolah-olah Allah ingin mengatakan kepada kita , “Wahai hambaKu, Aku ingin engkau datang dan berlindung hanya kepadaKu”. Ketika kita menyangka semua jalan sudah tertutup, lalu Allah menginginkan kita kembali padaNya hingga kita mengetahui Dia itu al-Wakil.
Lantaran itu doa yang sering dituturkan Nabi SAW menggoncangkan hati umatnya dalam meletakkan Allah SWT sebagai pelindung. “ Ya Allah, jangan Kau tinggalkan aku untuk diriku walau sekelip mata atau yang lebih sedikit dari itu. Kerana jika Engkau meninggalkanku, maka Kau tinggalkan aku dalam kelemahan, aurat dan kesilapan. Dan aku tidak percaya kecuali pada rahmatMu.” ( HR al-Baihaqi)
Penyerahan sebulat hati walau sekelumit kerdipan mata. Itulah tawakkalnya seorang Rasul. Di sisi lain Allah “cemburu” pada hati manusia. Allah mencintai kalau hati seorang hamba terkait denganNya sendirian ketika ia dalam kondisi taat. Tetapi kadang hamba itu disibukkan dengan urusan dunia. Lalu Allah mengambil dunianya tersebut agar ia hanya disibukkan dengan Allah semata-mata.
Nota Penulis
Coretan Imam Muda Asyraf banyak mengingatkan dan ianya salah satu sumber motivasiku untuk terus hidup demi cinta hati ku yang Allah beri pada ku.. Syukur ku panjatkan pada Ya Rabb kerana dibukakan hijab yang selama ini tersembunyi dan syukur ku buat yang Maha Pengasih diatas segala dugaanNya. . .
Tali cinta Allah Maha Hebat kerana Allah tidak akan tinggalkan kita walau sesaat pun.. tetapi manusia.. mereka boleh berubah dan meninggalkan kita dengan sekelip mata.. cinta manusia itu zalim bila tiada iman dan cahaya hidayah dari Allah..
Manusia buta tanpa pentunjuk ALLAH
Manusia cacat tanpa hidayah ALLAH..
Syukur ku pada Allah diatas petunjuk dan hidayahNya.. Subhanallah.. Indahnya hidup meraih kasih sayangMu, Ya Rabb..
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment